Raja Ampat, jantung dari segitiga karang dunia, juga rumah bagi ribuan spesies laut dan habitat unik yang tidak ditemukan di tempat lain terancam aktivitas tambang.
Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa (GEMASABA) Papua Barat Daya menyampaikan sikap tegas terhadap ancaman bagi “Surga kecil yang jatuh ke bumi,” begitu Raja Ampat dikenal oleh masyarakat Indonesia dan dunia.
Ketua DPW GEMASABA Papua Barat Daya, Ain Gazam menegaskan bahwa Raja Ampat bukan hanya simbol keindahan alam, tetapi lambang harapan dan kebangkitan ekonomi masyarakat lokal melalui sektor pariwisata berkelanjutan.
“Raja Ampat adalah anugerah Tuhan untuk rakyat Papua, khususnya masyarakat asli di wilayah itu. Mereka yang dulu menggantungkan hidup dari praktik yang merusak laut, kini menjadi penjaga alam, menjadi pemandu wisata, instruktur selam, hingga pengelola homestay,” ujar Ain Gazam.
GEMASABA menyatakan keprihatinan mendalam terhadap sejumlah aktivitas pertambangan yang mulai masuk ke kawasan sensitif Raja Ampat. Kehadiran tambang, dari penilaian mereka, akan menjadi ancaman nyata terhadap ekosistem, ekonomi dan warisan budaya masyarakat adat.
“Kami, sebagai representasi mahasiswa dan generasi muda, mengutuk keras segala bentuk aktivitas tambang yang berpotensi merusak lingkungan Raja Ampat. Pemerintah harus segera turun tangan, hentikan segala bentuk perizinan pertambangan di kawasan ini,” tegasnya.
Penulis : Rio Irwansyah