SORONG-Pemerintah Kabupaten Sorong melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menggelar Sosialisasi Aplikasi ARKAS BOSP (PAUD) Tahun 2025 di Aimas Convention Center, 25–27 September. Kegiatan ini dibuka dengan tabuhan tifa dan penyematan tanda peserta, sebuah simbol gotong royong khas Papua Barat Daya dalam menata pendidikan dari akar rumput.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sorong, Andreas Taa,S.Ag menegaskan bahwa penerapan aplikasi ARKAS (Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah) adalah kunci transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOSP), khususnya di jenjang PAUD.
“Bapak Ibu sekalian, pemerintah daerah sudah menjalankan banyak program pendidikan, dan dukungan kini semakin luas termasuk dari pemerintah pusat maupun provinsi. Melalui ARKAS, setiap satuan pendidikan wajib mengelola dana secara tepat sasaran dan sesuai aturan. Dana sudah ditransfer, sekolah harus segera memanfaatkannya sesuai kebutuhan,” ujar Andreas.
Ia menekankan, PAUD bukan hanya ruang belajar baca-tulis, tetapi pondasi adab, kedisiplinan, dan pola hidup sehat bagi anak-anak sebelum memasuki pendidikan dasar. “Guru PAUD tidak sekadar mengajar, tapi juga membentuk karakter anak. Karena itu, kapasitas tenaga pendidik harus terus ditingkatkan,” tambahnya.
Tak hanya bicara tata kelola, Andreas juga menyampaikan rencana pembangunan sekolah baru di beberapa wilayah, khususnya daerah terpencil. “Minimal tiga sampai empat sekolah baru akan kita dorong tahun depan. Kita ingin setiap anak, termasuk di pedalaman, punya akses pendidikan berkualitas,” ujarnya.
Setelah tiga hari sosialisasi, giliran Kabid PAUD dan PNF, Demianus Patele, S.Pd., menutup acara dengan refleksi panjang. Ia menekankan bahwa ilmu yang didapat selama pelatihan ini bukan untuk disimpan, melainkan untuk segera diterapkan.
“Kita semua tahu, keterbatasan pasti ada baik dalam fasilitas, pengetahuan, maupun administrasi. Tetapi keterbatasan tidak boleh jadi alasan untuk berhenti. Justru dari keterbatasan itulah muncul ruang untuk belajar, ruang untuk memperbaiki. Jangan pernah merasa malu bertanya atau mencari bantuan, karena pendidikan adalah proses kolektif. Guru belajar dari guru, sekolah belajar dari sekolah, dan semua kita belajar untuk anak-anak kita,” ujar Demianus.
Ia menegaskan bahwa pendidikan anak usia dini bukan sekadar tahap awal, melainkan fondasi utama dari bangunan besar bangsa. Jika pondasi ini rapuh, bangunan Indonesia di masa depan akan goyah. Karena itu, menurutnya, guru PAUD memikul peran strategis yang kerap tidak terlihat menanamkan nilai disiplin, rasa hormat, dan semangat kebersamaan di usia paling dini.
“Jangan kita kira tugas kita hanya mengajarkan huruf dan angka. Tugas kita adalah menanamkan nilai hidup. Bagaimana anak belajar berbagi, menghargai teman, mencuci tangan sebelum makan, atau mendengar nasihat orang tua. Hal-hal kecil inilah yang akan membentuk mereka menjadi generasi yang sehat, cerdas, dan berkarakter,” tegas Demianus.
Ia juga mengingatkan bahwa jalan menuju Indonesia Emas 2045 tidak bisa ditempuh tanpa konsistensi di bidang pendidikan dasar. Pembangunan infrastruktur, teknologi, dan ekonomi memang penting, tetapi semuanya akan hampa jika generasi mudanya tidak ditempa sejak dini.
“Kalau kita ingin melihat Indonesia Emas, mari kita mulai dari ruang kelas PAUD di kampung-kampung, di kelurahan, bahkan di daerah terpencil. Dari sanalah masa depan bangsa ini sedang ditempa. Setiap sen dana BOSP, setiap tenaga guru, dan setiap program pelatihan harus diarahkan untuk memastikan anak-anak kita siap menjadi penerus bangsa,” katanya dengan nada penuh penekanan.
Penulis: Andre R