SORONG – Relokasi pedagang dari Pasar Warmon ke Pasar Induk Mariat yang mulai berlaku sejak Senin (23/06/25), justru memunculkan gelombang keluhan dari sejumlah pedagang, khususnya penjual ikan segar. Hari pertama pembukaan lapak-lapak di pasar baru itu berlangsung lesu. Meja-meja jualan tampak sepi, nyaris tanpa transaksi.
“Iya, sampai jam satu siang ini, saya baru dapat tiga sampai empat pembeli. Biasanya di tempat lama, jam segini kami sudah pulang,” keluh Supiadi, salah satu pedagang ikan, kepada media ini.
Relokasi merupakan tindak lanjut dari Surat Bupati Sorong Nomor 500.2/1664 tertanggal 15 April 2025 serta hasil pertemuan pada 22 Mei 2025 antara tim penataan pasar, perwakilan pedagang, dan pengurus KUD Tani Makmur. Pemerintah Kabupaten Sorong sempat menunda jadwal pemindahan dari tanggal semula, 2 Juni, menjadi 23 Juni 2025. Penundaan dilakukan karena sebagian pedagang masih memiliki kewajiban sewa lapak di Pasar Warmon hingga akhir Juni.
Namun, yang menjadi sorotan para pedagang bukan soal waktu pemindahan, melainkan soal proses dan dampaknya. Supiadi menuturkan bahwa para pedagang merasa tidak diberi ruang yang cukup untuk menyampaikan pendapat.
“Memang kami pernah diundang, tapi hanya untuk tanda tangan. Kami baru sadar kalau yang kami tanda tangani itu artinya kami setuju dipindahkan. Padahal tidak pernah ditanya satu per satu apakah kami benar-benar setuju atau tidak,” ujarnya.
Supiadi dan beberapa pedagang lainnya mengaku kini dihadapkan pada ancaman kerugian karena minimnya pembeli. Ini diperparah oleh sifat komoditas mereka ikan segar yang mudah membusuk.
“Kalau begini terus, kita yang buntung. Modal kami bukan main-main, banyak yang ambil dari kredit bank, bahkan gadai sertifikat rumah. Sekarang anak-anak juga musim daftar sekolah, bagaimana kami tidak stres?” ungkapnya.
Pemerintah Kabupaten Sorong memang menjanjikan subsidi sebagai bentuk dukungan selama masa transisi. Namun hingga kini, janji itu belum terealisasi.
“Katanya ada subsidi, tapi tidak jelas kapan dan bagaimana teknisnya. Sampai hari ini belum ada bantuan apa-apa,” kata Supiadi.
Selain soal subsidi dan minimnya sosialisasi, para pedagang juga meminta agar distribusi bahan pangan lain seperti sayur-mayur turut diarahkan ke Pasar Mariat agar arus pembeli menjadi seimbang.
“Sayur kita banyak, masa tidak bisa diarahkan dari sini juga? Jangan setengah-setengah. Kalau pemerintah mau pasar ini hidup, maka harus dirancang matang. Kita mendukung, tapi tolong perhatikan nasib kami juga,” tegasnya.
Penulis: Andre R