SORONG -Dukungan terhadap program unggulan Presiden Prabowo Subianto kembali mengemuka di Papua Barat Daya. Kali ini datang dari masyarakat Moi yang tergabung dalam Kwongke Kaban Salukh Moi Ranting Aimas. Dalam sebuah pertemuan sederhana namun sarat makna di Aimas, Kabupaten Sorong, pada Sabtu (13/9/2025), mereka menegaskan komitmen untuk mengawal jalannya program pemerintah, terutama yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat di akar rumput.
Tokoh perempuan Moi, Sarlota Mobalen, menegaskan bahwa komitmen tersebut bukan sekadar dukungan simbolis, melainkan sikap yang lahir dari kebutuhan nyata masyarakat Papua.
“Kami, orang Moi, berdiri mendukung penuh program unggulan Presiden Prabowo. Ini bukan hanya soal presiden, tetapi jalan menuju kesejahteraan rakyat Indonesia, termasuk masyarakat asli Papua,” ujar Sarlota di hadapan puluhan warga, tokoh adat, dan perwakilan perempuan yang hadir.
Sentuhan program untuk Masyarakat Papua
Menurut Sarlota, dua program yang menjadi sorotan utama masyarakat Moi adalah makanan bergizi gratis dan layanan kesehatan gratis. Bagi masyarakat Papua, kata dia, kedua program ini menyentuh kebutuhan paling dasar yang selama ini kerap sulit diakses.
“Anak-anak di kampung sangat membutuhkan asupan gizi yang baik agar mereka tumbuh sehat dan cerdas. Begitu pula dengan layanan kesehatan. Banyak warga yang tinggal jauh dari fasilitas medis sehingga kebijakan kesehatan gratis sangat berarti bagi kami,” katanya.
Pernyataan Sarlota menggambarkan realitas sosial Papua: angka stunting yang masih tinggi, keterbatasan fasilitas kesehatan, serta biaya hidup yang kerap lebih mahal dibandingkan daerah lain di Indonesia. Kehadiran program nasional, jika benar-benar dijalankan dengan baik, dianggap sebagai jawaban atas kesenjangan pembangunan yang masih terasa di wilayah timur Indonesia ini.
Kepala Distrik Aimas, Yober Matana, menambahkan bahwa pertemuan ini bukan sekadar forum deklarasi, melainkan ruang konsolidasi. Ia menilai pentingnya peran perempuan Moi dalam mengawal program pemerintah agar benar-benar sampai ke masyarakat.
“Program ini bukan hanya janji, tapi harapan nyata untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Kami akan kawal agar program ini sampai ke masyarakat,” tegas Yober.
Ia menekankan bahwa dukungan dari masyarakat adat, khususnya perempuan Moi, dapat menjadi contoh nyata bagaimana sinergi antara pemerintah pusat dan masyarakat lokal dibangun dengan saling percaya. Menurut Yober, komitmen ini juga merupakan wujud dari tanggung jawab moral orang Moi dalam menjaga stabilitas sosial dan mendukung kebijakan pembangunan nasional.
Selaras dengan Asta Cita Prabowo Gibran.
Bagi masyarakat Moi, Asta Cita bukan hanya konsep abstrak dari Jakarta, melainkan peta jalan pembangunan yang harus benar-benar sampai ke kampung-kampung di Papua Barat Daya. “Ketika Presiden berbicara soal makanan bergizi gratis, kami tahu anak-anak Papua akan mendapat kesempatan tumbuh lebih baik. Ketika bicara kesehatan gratis, kami tahu itu adalah harapan bagi warga di pedalaman,” ujar Sarlota menegaskan saat wawancara kepada media ini
Pertemuan Kwongke Kaban Salukh Moi Ranting Aimas juga memperlihatkan semangat nasionalisme dari masyarakat adat Papua. Dalam suasana kebersamaan, mereka menegaskan bahwa dukungan terhadap program Presiden Prabowo merupakan bagian dari komitmen menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Acara yang berlangsung sederhana di sebuah halaman terbuka itu diwarnai antusiasme warga yang memenuhi kursi-kursi plastik. Tidak ada protokol resmi yang kaku, melainkan suasana egaliter khas pertemuan kampung. Namun di balik kesederhanaan itu, terselip pesan kuat: orang Moi ingin menjadi bagian dari arus besar pembangunan nasional, bukan sekadar penonton dari pinggir jalan.
Dengan semangat yang digelorakan, masyarakat Moi berharap pemerintah pusat tidak hanya berhenti pada seremonial dukungan, tetapi sungguh-sungguh menyalurkan program hingga ke tingkat kampung. Sebab bagi mereka, kesejahteraan bukanlah kata-kata, melainkan kenyataan yang bisa dirasakan setiap keluarga.
Penulis: Andre R