SORONG- Dalam rangka memperingati pengukuhan Bunda Literasi Kabupaten Sorong masa bakti 2025–2030, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sorong menggelar Lomba Berbicara Bahasa Moi tingkat SMP dan SMA se-Kabupaten Sorong, Kamis (24/07/25). Kegiatan bertema “Mengenal Budaya Moi Lewat Cerita dan Bicara” ini bertujuan memperkuat identitas budaya lokal di tengah ancaman kepunahan bahasa daerah.
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Sorong, Fatimah Frilda Sukur, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan sekadar lomba, tetapi merupakan bagian penting dari penguatan literasi budaya lokal.
“Bahasa Moi adalah salah satu kekayaan khas Tanah Papua, khususnya di wilayah Kota Sorong dan Kabupaten Sorong. Cerita dan bicara merupakan dua unsur penting dalam tradisi lisan kita yang menjadi sarana pewarisan nilai-nilai luhur, sejarah, dan filosofi hidup masyarakat Moi,” jelas Fatimah.
Sebanyak 30 peserta mengikuti lomba tersebut, terdiri atas 15 pelajar dari tingkat SMP dan 15 dari tingkat SMA. Masing-masing sekolah mengirimkan dua perwakilan terbaik. Nantinya, para pemenang akan mendapatkan trofi, uang pembinaan, dan sertifikat, yang akan diserahkan pada 31 Juli 2025 dalam momen pelantikan Bunda Literasi.
Bupati Sorong, Johny Kamuru melalui sambutannya yang dibacakan Plt Dinas Pendidikan Kabupaten Sorong Andreas Taa
secara langsung, menekankan pentingnya peran generasi muda dalam menjaga dan meneruskan budaya lokal, khususnya bahasa Moi yang sarat makna.
“Di tengah arus modernisasi, budaya lokal sering kali terpinggirkan. Karena itu, kegiatan seperti ini sangat penting sebagai bentuk penghormatan dan upaya nyata menjaga keberlanjutan budaya. Saya mengajak generasi muda untuk tetap mencintai dan melestarikan budayanya melalui bahasa dan cerita,” ujar Andreas Taa.
Menurutnya, kegiatan semacam ini harus menjadi agenda rutin tahunan agar semangat pelestarian budaya terus terjaga dari generasi ke generasi.
“Jangan sampai kegiatan ini hanya menjadi kegiatan seremonial sesaat. Harus ada keberlanjutan agar nilai-nilai budaya Moi tetap hidup,” tegasnya.
Selain itu Andreas Taa, menyampaikan bahwa dukungan terhadap pelestarian bahasa daerah melalui pendidikan harus diperkuat secara sistematis di sekolah-sekolah.
“Bahasa Moi adalah bagian dari jati diri kita. Maka, integrasi budaya daerah ke dalam proses pendidikan adalah langkah strategis untuk membangkitkan kesadaran dan kebanggaan budaya di kalangan siswa,” ujar Andreas.
Di akhir kegiatan, ia menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya acara tersebut dan berharap kegiatan serupa dapat mempererat rasa kebersamaan dan ruang ekspresi budaya di masa depan.
“Semoga kegiatan ini menjadi langkah awal untuk mempererat kebersamaan dan memberi lebih banyak ruang dialog serta ekspresi budaya demi membangun Tanah Malamoi yang kita cintai bersama,” tutupnya.
Penulis: Andre R