SORONG – Sudah 21 tahun lebih Otonomi Khusus (Otsus) di Tanah Papua berjalan, namun sungguh keterisolasian masih belum tuntas ditangani. Buntut dari itu, masyarakat melakukan pemalangan jalan Aimas ke Distrik Klayili, Kabupaten Sorong.
Pemalangan yang dilakukan oleh masyarakat merupakan bentuk ekspresi puncak dari kekecewaaterhadap kondisi infrastruktur jalan dan jembatan yang rusak parah selama bertahun-tahun.
“Masyarakat di Distrik Klayili ini sudah bertahun-tahun kesulitan dengan kondisi jalan dan jembatan menuju dan dari Distrik Klayili ke Aimas,” ungkap Ketua Ikatan Keluarga Besar Su Sorong Raya, Kristopel Su kepada wartawan di Kota Sorong, Selasa (1/7/2025).
Keluarga Besar Su se-Sorong Raya mengakui persoalan akses infrastruktur jalan dan jembatan yang dikeluhkan oleh masyarakat di Distrik Klayili merupakan masalah klasik.
“Kondisi akses jalan ini kan sudah dari masa pemerintahan Bupati Sorong, J. Piet Wanane lanjut ke Bupati Stefanus Malak hingga Bupati Jhonny Kamuru tidak pernah terselesaikan dengan tuntas,” ujar pria yang akrap disapa dengan panggilan Kris Su ini .
Kondisi jalan yang rusak diperkirakan sejauh 29 kilometer, kata Kris Su membuat masyarakat kesulitan bila ada yang sakit, sulit untuk dirujuk ke Rumah Sakit, atau saat ada perayaan adat, dan kedukaan.
Memang diakui Kris Su sudah ada upaya Pemerintah Provinsi melakukan pekerjaan jalan, tetapi masih jauh dari yang diharapkan.
“Jadi aksi yang pemalangan yang terjadi lebih dikarenakan masyarakat adat, dan pemuda minta perhatian dari Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya dan Pemerintah Kabupaten Sorong untuk bisa melihat kesulitan yang masyarakat alami selama bertahun-tahun, ” kata Kris Su menerangkan.
Di wilayah Distrik Klayili, kata Kris Su, ada objek wisata air panas yakni Kali Panas. Tentu bisa mendapatkan income untuk daerah, bila akses infrastruktur jalan dan jembatan bisa dituntaskan.
“Kita ingin agar Kali Panas menjadi objek wisata. Namun kalau kondisi jalan dan jembatan yang rusak parah, apalagi di musim penghujan tentu akan membuat wisatawan domestik dan mancanegara kesulitian tidak nyaman. Tentu saja membuat wisatawan tidak mau ke sana,” tutur Kris Su.
Penulis: Jason